jalan dan wisata · Review

Gunung Tangkuban Perahu dari Moscato Hotel

Kunjungan ke-3 di Bandung kali ini, saya nyari lagi penginapan di daerah Lembang tapi yang belum terlalu jauh juga dari kota Bandung. Pertimbangannya ya biar deket aja kalo mau jalan sekitar Lembang sekaligus kalo pingin ke Bandung. Dan kalian tau? ternyata hotel tempat saya tidur kali ini hanya selemparan batu dari tempat wisata hits Bandung. Great Asia Afrika dan Farmhouse Lembang. Saya nyadarnya waktu makan disebuah warung bambu dan jembatan penyebrangan antara kedua objek wisata itu terlihat dari warung bambu. Ini beneran ngga sengaja dan bagi saya rejeki banget dapat hotel cantik dekat sama lokasi wisata.

Mengunjungi Bandung 2 kali dalam setahun bikin saya ngga kapok. Bagi saya, Bandung tuh menyenangkan. Bandung mampu bikin wisatawan jauh macam saya pingin balik dan balik terus kesana. Salim sama orang Bandung… 🙂

Sore itu selepas kunjungan dari Paris Van Java Mall yang super luas dan susah cari makanan lokal itu, padahal tujuan utama kesana mau makan siang, saya bergegas menuju hotel di daerah Lembang. Sebentar kemudian sampe pada sebuah bangunan yang ngga terlalu megah berlantai 4 dengan sebagian besar balkon depan tertutup pohonan hias merambat.

Memasuki pelataran, saya disambut sekuriti yang ramah nian mengarahkan tempat parkiran. Pelataran hotel itu sekaligus juga difungsikan sebagai tempat parkiran. Hotel yang ngga terlalu luas ini terlihat sangat sepi karena hanya ada 2 mobil terparkir di depan. Karna sempet trauma atas hotel sebelumnya, saya sempet pesimis juga. Tapi, hotel ini reviewnya bagus, sih.

Melangkah menuju lobi, saya mulai dapat kesan pertama. Lobi yang ngga terlalu luas namun bersih dan rapih. Hawa sejuk menyeruak keseluruh area lobi. Ruang resepsionis sangat kecil menyempil di sudut kanan. Sebuah meja bundar diletakkan tepat di tengah-tengah lorong terbuka menuju lobi. Sebuah botol hand sanitizer ada disana. Seorang petugas resepsionis perempuan muda menyapa saya dengan senyum ramahnya. Sejenak seluruh ruangan jadi terasa sepi hanya dengan 2 orang petugas. Pandemi sangat memberi dampak menyedihkan pada berbagai sektor. Saya yakin hotel ini salah satunya.

Lima menit kemudian, saya sudah pegang kartu akses dan langsung menuju lantai 2. Lift, lorong, lantai dan dinding hotel nampak bersih secara keseluruhan. Begitu pintu terbuka, wangi ruangan deluxe ini memanjakan hidung menandakan kamar ini baru saja dibersihkan. Lagi-lagi hawa sejuk langsung merasuk, padahal belum juga AC dinyalakan. Saya letakkan ransel disebelah TV tanpa menyentuh dan menengok apapun yang lain untuk kemudian membuka pintu yang mengarahkan ke balkon dan membuka gorden lebar-lebar. Senengnyaaa dapat kamar berbalkon dengan view perkebunan dan Gunung Tangkuban Perahu (GTP) di kejauhan. Sayang sekali lagi-lagi saya lupa foto bagian dalam kamar. Kebiasaan yang menyebalkan, hahaha

Saya sudahi aktifitas menatap kebun, untuk kemudian melaksanakan solat ashar. Memasuki toilet yang tersedia lengkap toiletrisnya bikin lega, ya. Yang paling penting ada shower cap dan gulungan tisu yang masih tebal. Selesai dengan aktifitas ibadah sore, saya kemudian buru-buru mencari swalayan demi sebuah popmi sebab selama pandemi hotel ini meniadakan sarapan dan menutup restoran. Selain memang popmi adalah makanan wajib tersedia di kamar untuk jaga-jaga saat perut lapar tengah malam. Menjelang magrib saya urung berwudhu karna tamu bulanan akhirnya datang, sayapun istirahat dengan merebahkan diri di kasur yang bersih, menyalakan TV kemudian tertidur sampe pagi.

Continue reading “Gunung Tangkuban Perahu dari Moscato Hotel”
Review · Sponsor Post

Review JA Glow Intense Lightener : Jerawat Lewat

Sebulan lalu saya coba ganti susu dan pembersih wajah. Meskipun dari segi harga produk yang pertama lebih murah, ternyata dikulit saya malah lebih cocok. Ngga kering dan ngga jerawatan.

Apa daya karna udah terlanjur dibeli dan dibuang sayang, saya lanjutin pake yang baru ini. Niatnya sampe abis biar ngga mubazir aja. Meskipun di muka jadi timbul jerawat dan kulit jadi kering karna tonernya dirasa lebih keras dan menimbulkan efek perih. Jerawatnya ngga nanggung-nanggung ya langsung muncul banyak kecil-kecil dan besarnya juga ada hampir diseluruh bagian muka 😕

Kemaren oleh seorang teman saya diminta nyobain produk baru namanya JA Glow (dibaca Ya Glow). Konon katanya diklaim selain bisa menyembuhkan jerawat, menyamarkan bekasnya, juga mampu mencerahkan kulit wajah dan menjadikannya glow. Nampaknya 2020 ini trend masih kearah glowing-glowingan, ya. Ngga salah kalo banyak produsen skinker iming-imingnya adalah menjadikan wajah glow layaknya artis korea.

Ja Glow Intense Lightener

Merupakan produk pendatang baru di Medan yang berasal dari New York. Kabarnya diformulasikan oleh seorang Indonesian-born Medical Degree yang berdomisili di Rocheste. Tujuannya sangat mulia sekali yaitu membawa brand lokal menjadi internasional serta membantu mengurangi perusakan alam dengan menggunakan kemasan anti kertas.

Ja Glow merupakan produk kecantikan yang non mercury dan non hydroquinon, sehingga aman untuk ibu hamil dan menyusui. Yang paling penting sudah terdaftar di BPOM membuktikan bahwa Ja Glow diformulasi dari bahan-bahan yang aman. Sementara untuk sertifikasi halal, sedang dalam proses pengurusan di MUI. Semoga segera keluar.

Kita ulas satu persatu ya…

Review · Serba Serbi

Melukis Dengan Teknik Kolase Berbahan Ampas Teh

Sependek pengetahuan saya, lazimnya melukis itu ya menggunakan media kanvas dengan cat sebagai pewarnanya. Ternyata seni melukis itu jauh lebih luas dari itu. Baik tekniknya maupun media-media yang dipergunakan itu bukan cuma kanvas dan kuas semata, malah ada yang tidak menggunakan kuas sama sekali. Seperti lukisan pasir yang hanya menggunakan tangan sebagai alat satu satunya. Pasir cukup ditabur, digores-gores sampai terbentuk sebuah karakter. Selain pasir, limbah sisa rumah tangga dan industri juga bisa digunakan sebagai properti melukis. Sebagai contoh seni lukis dengan teknik kolase (menempel) yang dilakukan oleh Bang Rendy. Seorang Seniman yang juga berprofesi sebagai dosen seni.

Rendy Handycraft

Rendy Handycraft, itulah label untuk hasil karya yang dilahirkan dari tangan dinginnya. Mengolah sampah menjadi suatu karya yang bernilai seni tinggi. Sekilas memang tampak tak ada yang istimewa dari hasil karyanya. Hanya celengan dan lukisan-lukisan siluet tanpa warna. Monoton. Setelah dilihat dari dekat, ternyata hasil karyanya bukanlah karya asal-asalan. Siapa sangka seluruh karyanya ini dihasilkan dari limbah yang selama ini kita anggap sampah yang hanya layak untuk dimusnahkan.

Melalui tagar #SeniAmpasTeh, Bang Rendy memang dominan menggunakan ampas teh sebagai bahan utama melukisnya. Bukan teh celup, ya. Melainkan bubuk / serbuk teh yang masih kering. Selain bubuk teh baik dengan tekstur yang sedikit kasar dan juga halus untuk warna gelap, ada juga bahan lainnya sebagai penambah warna seperti bubuk kunyit sebagai pewarna kuning, serbuk kayu pinus sebagai pewarna putih sekaligus warna dasar. Semua bahan dasar tersebut dia dapatkan melalui kerjasama dengan berbagai pihak seperti UKM binaan termasuk dari PTPN IV Sidamanik sebagai penghasil bubuk teh.

Baca juga: Agrowisata Kebun Teh Sidamanik

Celengan adalah produk pertama yang dihasilkannya. Selain celengan ada juga vas bunga, berbagai wadah dan asbak rokok. Batu alam dan pasir adalah bahan utamanya. Setelah itu kemudian berkembang menjadi lukisan berbahan dasar ampas teh menjadi produk utamanya kini.

Melalui bincang-bincang pada acara Overall Day yang diprakarsai Persegi Medan di Degil House, Menurutnya, berkarya seni bukanlah sekedar menghasilkan sebuah karya. Namun alangkah lebih baik lagi apabila menguasai filosofi dari berbagai karya seni yang dihasilkan. Mengingat sifat dan sikap konsumen ini beragam. Ada yang sekedar suka dan membeli. Ada yang rewel sampai hal-hal kecil bahkan asal usul pun ditanyakan. Dengan menguasai apa yang kita hasilkan serta memberikan jawaban yang memuaskan, mereka akan rela membayar mahal pada setiap karya dari seniman.

Selain anggota binaan dari UKM, Bang Rendy juga memiliki anggota binaan agar jiwa seninya semakin terasah serta ilmu yang bisa dibagikan pada warga. Begitu juga pada mahasiswanya, beliau menggunakan metode mengajar yang asik dan selalu mengapresiasi hasil dari setiap tugas yang diberikan . Itu sebab ilmu yang diberikan dapat dengan mudah diserap dan mahasiswa semakin percaya diri dalam menghasilkan karya.

Continue reading “Melukis Dengan Teknik Kolase Berbahan Ampas Teh”
Review

Habibie & Ainun 3 : Jodoh Pasti Bertemu

Kisah cinta abadi ini memang tak habis untuk dikenang. Setelah 2 film pertamanya yang menceritakan kisah kasih dua sejoli dan lebih banyak tentang pendidikan Habibie, kali ini fokusnya mengisahkan perjalanan Ainun dalam mengejar cita-cita dan kasih asmaranya semasa sekolah. Kisah kasih di sekolah, lah, ceritanya. Meskipun bukan kisah kasih antara Ainun dengan Habibie, tapi Habibie tetep muncul di menit-menit pertama dan menit-menit terakhir sebagai Eyang sang pembawa cerita. Lagi-lagi ini alur mundur.

Spoilernya sedikit, nih. Kali ini Ainun muda bukan lagi diperankan oleh BCL, tapi oleh Maudy Ayunda yang kabarnya dipilih sendiri oleh Alm Habibie saat beliau masi hidup. Bagi saya pas sekali dengan karakter aslinya yang muda, manis namun enerjik, mandiri dan cerdas. Sementara Habibie muda tetap diperankan oleh Reza Rahardian yang bagi saya aktingnya udah sangat mateng memerankan berbagai karakter. Hanya saja Habibie cuma sedikit muncul karna memang lebih banyak menceritakan Ainun muda dengan pacarnya saat itu. Ya, ternyata semasa kuliah, Ainun justru pacaran sama orang lain, bukan sama Habibie. Malah udah sampe tahap lamaran. Dan kisah kasih mereka ini termasuk langgeng dan cocok satu sama lain. Sama-sama pinter dan populer.

Meskipun Ainun Habibie udah ada benih cinta semasa SMA, tapi asmara ga berlanjut karna Habibie melanjutkan kuliah di Jerman. Sementara Ainun memilih tetap menuntut ilmu di Universitas Indonesia, Jakarta demi menggapai cita-citanya sedari kecil menjadi seorang Dokter. Nah, semasa kuliahlah Ainun bertemu dengan Ahmad (Jefri Nichol). Sebenernya bukan bertemu, sih tapi kayaknya emang Ahmad sengaja nyari Ainun sebab penasaran oleh kepopuleran Ainun di kampus UI.

Continue reading “Habibie & Ainun 3 : Jodoh Pasti Bertemu”
Kuliner · lomba · Review

6 Alasan Makan di Warung Mi Ayam Jamur Mahmud

Di tengah persaingan bisnis kuliner, makanan tradisional benar-benar harus pinter mencari celah bila tak ingin dihempas oleh kuliner kekinian. Terlebih setelah diinvansi oleh drama korea berikut jenis-jenis cemilannya yang tak mau kalah menyerbu nusantara.

Medan yang tak asing lagi bila disebut-sebut sebagai kota kuliner terlengkap, mana mungkin tak ikut-ikutan meramaikan makanan dari negeri yang artis dan street foodnya sekarang lagi digemari semua kalangan. Jelas saja tak sulit menemukan kuliner yang identik dengan saus dan rempah merahnya tersebut. Bahkan disudut-sudut gang pun dengan mudahnya kita menemukan makanan yang sengaja dibikin semirip mungkin dengan aslinya. Sebut saja “teokkebi” meskipun versi gang dibuat dari adonan tepung seadanya. Atau “odeng” yang versi gangnya dibuat dari lilitan jeroan ayam dan berbagai jenis lainnya. Semudah menenukan gerobak mi ayam.

Oh iya, berbicara tentang mi ayam, adakah yang tak menyukai kuliner satu ini? Nampaknya tak seorangpun menyangkal bahwa mi ayam tak boleh dilewatkan dalam kondisi cuaca apapun. Mi ayam seolah tak gentar dengan serbuan makanan kekinian tersebut. Seakan tak pernah mati atau terbunuh waktu, membuat mi ayam dimanapun diseluruh penjuru nusantara, kita dengan mudahnya menemukan kuliner ini. Jadi tak ada kata rindu yang terpendam.

Baca juga: Asal-usul mi ayam

Medan punya satu warung mi ayam yang melegenda. Kenapa disebut demikian? Karena warung ini sudah berdiri selama 31 tahun. Selama itu pula warung ini tak pernah kehilangan pelanggannya. Maka bisa dipastikan warung ini tentu punya rahasianya. Ya, Mi Ayam Jamur Haji Mahmud Medan atau orang Medan biasa sebut dengan Mi Ayam Mahmud.

Continue reading “6 Alasan Makan di Warung Mi Ayam Jamur Mahmud”
Review · Serba Serbi

Trinity Traveler : Antara Hobi dan Cinta

Travel blogger masa sih masi ada yang ga tau Trinity???

Dulu ya, awal-awal film naked traveller yang pertama, saya belum tau Trinity itu orangnya yang mana. Dalam bayangan saya Trinity itu ya seperti Maudy Ayunda. Energik, aktif, independen itu udah pasti sama. Tapi ga nyangka ternyata Trinity aslinya itu ga se body goal dan seglowing itu, hehe.

Kali aja kulit eksotisnya hasil dari kebiasaan kakak Trinity ini berjemur di berbagai pantai indah seluruh dunia. Apalah arti glowing kalo tak pernah merasakan panas matahari di pantai Malibu, ye kan? Haha

Yang ga sempet nonton trinity 1, ga perlu hawatir karna dimenit-menit pertama tayang bakalan direview kok ceritanya. Sayangnya ngereviewnya kelamaan. Rasanya sayang aja kurleb 15 menitan hanya untuk ngulang episod 1.

Trinity dan sahabat

Kali ini saya nontonnya juga ga greget kaya episod sebelumnya. Selain ngerasa antara Maudy dan Hamish itu ga dapet kemistrinya, juga episod ini pelit nampilin pesona alam. Padahal justru itu kan yang dijual.

Akting keduanya juga kurang natural. Keknya antara Maudy atau Hamish deh yang diganti. Untuk Hamish, Maudy itu terlalu muda dan sebaliknya untuk Maudy, Hamish itu ketuaan 😂

Untung aja ada Babe cabita dengan humornya. Kalo ngga ada, ini pilem bakalan bener-bener garing.

Antara Hobi dan Cinta

Kalo di episod pertama kan dia masi jadi orang kantoran tuh, yang ijin cutinya terbatas dan susahnya minta ampun. Kali ini dia jadi mahasiswa S2 yang tetep nerusin hobinya jalan-jalan.

Tapi saya malah suka sama gigihnya dia bertahan milih cuti demi bisa mencoret satu persatu bucket listnya. Meskipun sang bos neror dengan berbagai tugas, dia tak gentar.

Berburu tiket murah

Kupikir sekelas Trinity ga pernah berburu tiket murah dengan rela melek sampe pagi atau sengaja bangun dini hari. Ternyata dari hobi begadang inilah keberuntungan dia dimulai. Berkat sering dapat tiket murah jadinya sering jalan-jalan dan hobinya ini berujung lucky. Alih-alih berburu tiket murah justru dia malah bisa keliling hampir seluruh dunia gratis 👍

Pertemuan kembali dengan Paul (Hamish) menimbulkan benih-benih cinta diantara keduanya. Tembok besar yang dibangun supaya ga gampang baper ternyata runtuh juga. Trinity akhirnya jatuh cinta.

Hmmm… Kurang greget

Tapi, karna kesibukan masing-masing malah bikin susah ketemu dan komunikasi jadi jelek. Bahkan mampu membuat mood nulisnya hilang.

Kepergian sang ayah bikin dia berpikir kembali tentang keinginan alm agar dia segera menikah. Namun karna sikap Paul yang misterius, dia pun bimbang.

Teringat kembali perkataan ayah bahwa kebahagiaan itu bukan didapat dari seseorang ataupun suatu tempat. Melainkan melalui pikiran.

Betul betul betul…

Curhat sama mama

Jadi, ceritanya kira-kira Trinity dan Paul lanjut atau putus, hayo??

Oiya rasa penasaran tentang sosok Mr.X yang baik hati ngasi tiket gratis itu terjawab sudah diepisod kali ini.

Makanya tonton… 😌😌

Bonus 😁

Review · Serba Serbi

Maleficient : Mistress of Evil

Setelah sukses dengan Maleficient 1 (yang lagi-lagi saya ngga nonton) wkwkw, akhirnya Disney kembali menayangkan kelanjutanya di Maleficient ke 2 bertajuk Mistress of EVil yang tayang perdana di bioskop 16 Oktober lalu.

Kalo udah Disney katanya, para penyuka dunia animasi dan fantasi pasti akan sangat terhibur dengan suguhan para peri-peri yang terbang sambil bernyani dan menari, taman bunga warna-warni serta aliran sungai yang jernih dan menenangkan menampilkan kehidupan yang damai. Begitu juga dengan film ini.

Putri Aurora (Elle Fanning) yang cantik dari kerajaan Moors ini menerima lamaran dari Pangeran Philip (Harris Dickinson) dari kerajaan Ulstead seakan-akan film ini sudah berakhir dengan happy ending. Padahal ini baru permulaan dari 118 menit durasi tayangnya.

Semua pihak menyambut baik rencana pernikahan mereka. Kecuali Maleficient (Angelina Jolie). Meskipun dengan berat hati, Ibu angkat Aurora ini akhirnya besedia menghadiri undangan dari keluarga Philip terkait rencana pernikahan anak-anak mereka. Sambutan baikpun diterima oleh keluarga kerajan Ulstead kecuali sang Ratu Ingrith (Michelle Pfeiffer).

Sejak awal tatapan mata dari kedua ratu ini memanglah sudah terlihat tanda-tanda adanya sisa-sisa benci dan dendam. Layaknya ibu komplek sebelah yang merasa tersaingi dengan ibu komplek sebelahnya lagi gitu. Memang yaa, emak-emak kalo udah dendam kesumat susah move on nya, hahaha. Bener aja, ngga lama karna kenyinyiran dan Ratu Ingrith terhadap Maleficient, memancing kemurkaannya. Perang kecil pun tak terelakkan.

Atas insiden itu, Raja John tiba-tiba jatuh karna sebuah kutukan dan tertidur untuk waktu yang sangat lama disusul Ratu Ingrith mengumumkan perang melawan Maleficient.

Review · Serba Serbi

Hayya : The Power Of Love 2

Jaman the power of love 1 saya kemana ya? Tau-tau udah ada sekuelnya aja. Begitu tau saya ketinggalan yang pertama, pagi nyampe kantor langsung streaming nyari film “212: The Power Of Love” 😅

Alasan pertama yang bikin saya tertarik nonton Hayya ga lain ga bukan karna aktornya Fauzi Baadilah. Dipilem Mengejar Matahari, sekaligus pilem bioskop pertama yang saya tonton jaman kuliah. Selepas itu kamar dan lemari saya tuh penuh sama foto-foto dan poster bang Fauzi Badillah ini. Pas udah nikah kan barang-barang jaman ngekos pada dibawa, disuruh suami lepas semua poster-poster orang botak itu, atau jangan dibawa, kasi lemarinya ke anak kos. hahaha…

Kalo inget ya dulu tipe laki-laki idaman saya memang yang kepalanya botak. Serius! Temen kampus saya yang namanya Jesika pas pula agak bocor anaknya dan dia tau persis, dah. Kalo mau jalan-jalan ke pajus (pajak usu) atau solat dimusolah kampus kan ngelewatin banyak sekret kayak mapala dan teater O yang isinya kaum adam semua. Dia kasi pengumuman “haloo abang-abang yang merasa kepalanya botak tolong keluar ada yang nyariin”. Eh sekalinya ada yang naksir rata-rata anak mapala yang kepalanya gondrong. Dese kasi pesen “Abang, kalo mau pedekate sama Uci coba botakin kepalanya”. Lah tau-tau besoknya udah ada yang botak beneran. Hahaaa

Continue reading “Hayya : The Power Of Love 2”

lovely kids...and famz · Review · Serba Serbi

Nonton Spiderman di Deretan Paling Depan

Gara-gara supir gra* yang ngetem tapi nerima orderan trus udah ditunggu lama tau-tau minta kensel bikin jadwal nonton berantakan. Akhirnya pilih bioskop yang paling deket rumah yang pilihan film nya cuma 1 untuk SU dan jadwalnya keburu. Padahal tadinya mau nonton Toy Story dapetnya Spiderman. Ngejar yang jam 19 dapetnya 19:30 itupun dapet kursi di deretan paling depan, jadilaaah. Daripada gatot. Maklum bawa 3 anak yang ngga bisa denger janji. Bakalan ditagih 30 purnama kalo tak kunjung ditepatin.

Selesai urusan tiket, beliin popkorn, akua dan nyari tempat dudukan saya tinggalin solat magrib. Dilalah ada kakak-kakak cantik yang mau berbagi meja dan bersedia ngawasin anak-anak. haha

Continue reading “Nonton Spiderman di Deretan Paling Depan”
Review · Serba Serbi

Belajar Dari Aladin

Bagi saya yang penggemar berat drama musikal, Ini filem live action terbaik yang saya tonton selain Beauty and the beast.

Ngga berlebihan karna bagi saya indikator seru apa ngganya sebuah filem itu saya nontonnya ketiduran apa ngga. Haha… Dan ini??? Saya mau kalo ada yang ngajak nonton untuk kesekian kalinya.

Meskipun banyak yang ngga mengagumi kegantengan Aladin, tapi bagi saya ngga terlalu terpaku pada sosok fisiknya. Bagi saya yang pantas-pantas saja seorang yatim, pencuri pula berasal dari desa berpenampilan kurang memesona. Tapi pas disandingkan dengan putri Jasmine kemistrinya dapet. Putri Jasmine mengingatkan saya sama Maudy Ayunda. Ngga tau aya rasanya mirip aja gitu pembawaanya. Aladin jadi manis dan berwibawa apalagi pas udah jadi pangeran. Terlebih mereka menyanyikan sendiri semua sontrek sepanjang filem itu jadi penjiwaannya dapet. Itu menurut saya…

Continue reading “Belajar Dari Aladin”
Kuliner · Review · Serba Serbi

Live Akustik di Jawara Roti & Kue

Udah lama tau Jawara Roti & Kue dari IG tapi baru kemaren kesampean dateng langsung. Bermula dari kebingunan teman mau beli makanan buat berbuka, trus saya saranin coba ke Jawara Roti dan Kue ini.

BerTempat di Jl. Gatot Subroto (Gatsu) Medan, tepatnya disebelah Assa Rent Car. Toko roti ini kalo ngga diperhatiin bener-bener pasti bakalan kelewatan. Apalagi posisinya dekat persimpangan lampu merah, pokoknya titik macet-macetnya lah. Jadi kalo lagi meraba-raba mending pasang lampu dip aja biar ngga diklakson kendaraan di belakang, haha.

Tampilan depan toko ini cakep. Dominan hitam putih dengan jendela dan pintu dari kaca yang lebar. Masuk ke dalam ternyata ngga begitu luas tapi cukup menarik. Lantainya juga ngga dikeramik melainkan lantai semen biasa bahkan ada beberapa yang bekas pecahan. Tapi tampilan dinding dengan hiasan foto serta gambar-gambar dan ornamen lain kayak bunga-bunga malah menjadikan kesan manis interiornya. Keliatan klasik dan nyaman.

Continue reading “Live Akustik di Jawara Roti & Kue”
lovely kids...and famz · Review · Serba Serbi

Trampolin Mini, Cara Asik Ngasuh Bocah di Ring Road City Walks

Sungguh jalan-jalan di Mol itu jauh lebih capek daripada hiking. Maksudnya lebih capek itu kalo ngga sambil shopping atau makan-makan, haha

Tapi beneran, saya kalo dikasi pilihan mendingan treking atau haiking daripada jalan ke emol kalo tanpa tujuan.

Lain hal kalo ceritanya bawa anak-anak ya. Meskipun lebih milih main di alam, tapi kalo kondisinya seperti akhir-akhir ini, terlebih Medan dengan suhu yang panasnya cetar sungguh ngga manusiawi kalo bawa main anak ke ruang terbuka. Apalagi di kota yang minin ruang hijau.

Cari aman ya tak lain tak bukan ke emol juga. Apalagi jaraknya cuma selemparan batu dari rumah. Sengaja pilih mol ini juga karna selain ngga begitu luas ngga bikin kaki pegel, juga lumayan lengkap persediaan hiburannya. Meskipun tanpa rencana, setidaknya masih ada bioskop cari aman kalo-kalo nanti mati langkah ngga tau lagi mau kemana. Selain itu sepanjang Ring Road ada beberapa mol ataupun tempat main anak yang bisa jadi alternatif. Jadi ibaratnya sekali jalan bisa singgah dibanyak tempat.

Continue reading “Trampolin Mini, Cara Asik Ngasuh Bocah di Ring Road City Walks”
Review · Review Buku

Review: The DestinAsean

Judul: The DestinAsean

Penulis: Ariev Rahman dkk (11 penulis)

Penerbit: B-First (Bentang Pustaka)

tebal: 246 halaman

****************

Mohon maap kalo ini review yang pasti udah sangat basi karna banyak review sejenis telah terbit lebih dulu. Apalagi itu kisah kapaaan dan reviewnya kapan yaa, haha. Namanya juga baru nemu

Buku yang berisi kisah-kisah perjalanan ke negara-negara di Asia Tenggara yang ditulis secara rame-rame oleh 11 travel blogger terkenal ini sangat cocok khususnya untuk pejalan pemula. Memang ngga semua dijelaskan secara detail tentang misalnya rute-rute perjalanan tapi rata-rata menyampaikan informasi yang cukup lengkap dan berguna. Setidaknya menambah wawasan pembacanya.

Continue reading “Review: The DestinAsean”

Review

Review Film: Close

Saya suka film yang anak mudanya perempuan. Misalnya sejenis Anjelina Jolie di film “Salt” atau Galgadot di “Wonder Woman”. Nah kekgitu juga di film “Close” anak mudanya juga cewek.

Awalnya ngga tau dan ngga pernah dengar judul ini karna bukan pilem pilihan sendiri. Namanya ditraktir ya pasrah ngikut, to?

Jadi hyuuuuukk laaah…

Continue reading “Review Film: Close”

Review

Review: Between Shades of Gray

Ini salah satu buku yang saya dapat dari perburuan di Big Bad Wolf Sale lalu.

Membaca ini saya merasa bersyukur hidup bukan dijaman penjajahan. Sangat bersykur.

Ruta E. Sepetys. Penulis buku ini yang merupakan novel pertamanya adalah anak dari salah satu pengungsi Lithuania. Negara yang Ia ceritakan dalam novel ini. Membawa kita kembali ketahun 1950an.

Continue reading “Review: Between Shades of Gray”

jalan dan wisata · Review

Bah Dam dan Bah Simatahuting Sidamanik

Banyak polisi disimpang iskandar muda. Slesai kompetisi males lagi nulisnya…

Eaaaaa

Pantun apa sih itu? Hahaa

Betul-betul saya harus diikutkan ajang kompetisi dulu baru bisa ngebut nulis.

Tapi saya ngga sepenuhnya nganggur atau malas nulis juga. Selain menghapal quran yang surahnya belum nambah-nambah, saya juga berhasil menamatkan 5 buku yang cuma bisa saya baca malam pulang kantor dan paling lama 2 jam. Disambi nonton, disambi cerita dan disambi main hape plus disambi ketiduran. Sungguh sangat produktif, bukan? Haha. Jadi nulisnya lupa 😬

Continue reading “Bah Dam dan Bah Simatahuting Sidamanik”

Challenge · Review

10 Blog yang Asik Untuk Blogwalking

Saya termasuk ngga sering blogwalking. Yang saya baca ya blog yang saya follow. Kecuali nemu blog baru yang sama tema-nya. Kalo dibuka trus isinya menarik ya saya bacain semua.

Tapi semenjak dapet list 100 travel blogger itu saya dapet setidaknya 10 blog yang jadinya sering saya buka. Udah pernah saya sebutin di tulisan sebelumnya.

Continue reading “10 Blog yang Asik Untuk Blogwalking”

Challenge · Review

10 Akun Instagram Pavorit

Sekarang memang lagi seneng-senengnya buka IG. Ngga mesti posting juga. Karna di IG ini sekali buka bisa liat banyak akun.

Ada beberapa jenis akun yang biasanya saya follow. Akun jalan-jalan udah pasti, hehe. Selain itu akun yang menampilkan model-model rumah minimalis, aku shabbychic, akun onlineahop, akun berkebun. Dulu waktu lagi seneng-senengnya sama kaktus, hampir sepertiga temen yang saya follow adalah tukang kaktus, haha.

Continue reading “10 Akun Instagram Pavorit”

Challenge · Review · Serba Serbi

5 Rekomendasi Lagu

Dari pagi saya bingung dengan tema hari ke-10 ini. Bukan bingung dengan maksudnya, tapi bingung mau nulis dan pilih apa. Saya kalo diminta ngerekomendasiin sesuatu rada susah. Lebih ke alasan ngga pede sih. Mikirnya iyaa kalo yang lain juga suka.

Mau pilih buku, lah koleksi buku ataupun bacaan saya juga masih bisa dihitung dan kebanyakan orang juga udah baca. Soal film juga saya sejak menikah jarang nonton filem. Dulu sih iya waktu masi lajang, hobi beli dvd dan nonton bisa sampe 3 filem dalam semalam. Besoknya kerja ngantuk-ngantuk.

Continue reading “5 Rekomendasi Lagu”