jalan dan wisata · Serba Serbi

Pilihan lokasi Jalan Pagi

Seperti biasa, hari libur selalu kami awali dengan jalan pagi. Kalau sedang semangat, jalan paginya agak jauhan. Pukul 6:30 sudah bergerak biasanya ke daerah kampus USU (Universitas Sumatera Utara) juga pernah sekali ke daerah Medan Baru (sekitar Taman Beringin sampe Gubernuran dan komplek disekitarnya) pulang pergi sekitar 8KM. Pilihan lokasi untuk kami berjalan juga ngga sembarang tempat. Kami lebih senang berjalan di tempat-tempat sepi dan teduh, maksudnya ngga krodit dengan lalu lintas dan orang ramai. Biasanya kalo ngga ke USU ya cari komplek atau perumahan yang lengang. Kalau lagi malas, ke pajak aja (baca: pasar) sambil belanja yang biasanya pake motor diganti dengan berjalan kaki pulang pergi sekitar 3KM. Sambil bawa belanjaan, cukup lumayan berkeringat.


Sabtu itu, harinya ngga begitu cerah ngga juga mendung tapi juga sedikit anginnya. Jalan kaki yang agak kesiangan itu berencana menuju USU. Kalaupun ngga dapat izin masuk, ya lanjut kemana kaki melangkah. Pasca kasus covid meningkat akhir-akhir ini, orang-orang yang ngga berkepentingan sempat ngga diizinkan masuk kampus USU lagi.

Olahraga di USU

USU memang jadi salah satu tempat pavorit warga sekitar untuk melakukan beragam aktivitas. Paling  banyak ya olahraga baik itu sore ataupun pagi hari. Bersepeda, joging, jalan kaki, dan badminton adalah olahraga yang sering dilakukan disini. Selain olahraga, pemburu foto juga sering terlihat disini. Sore hari adalah momen terbaik bawa keluarga utamanya anak-anak melihat-lihat rusa sembari memberinya makan. Mahasiswa juga banyak belajar sambil duduk santai di bawah pohon-pohon rindang. Diterpa semilir angin biasanya tingkat konsentrasi akan bertambah tapi ngga sedikit juga yang malah ngantuk, haha. Kegiatan birdwatching juga bisa banget disini. Ah, lengkaplah. Itu sebelum covid melanda. 

baca juga: Taman Hewan Mini USU

baca juga : Birdwatching

Hijaunya kampus USU memang jadi pilihan tepat untuk kegiatan di luar rumah. Banyak pepohonan jadi sumber oksigen dan udara segar melimpah. Tanpa gangguan riuhnya kendaraan, suara klakson apalagi teriakan pengemudi yang mau cepat semua. Semakin tenang dengan suara kicau burung-burung liar. Luasnya area bikin banyak pilihan rute berjalan. Kami biasa suka cari rute jalan potong yang sama sekali belum pernah kami lewati. Meski pernah bertahun-tahun menimba ilmu disana, tapi belum semua sisi kampus dijelajahi. Semakin sepi semakin enak kegiatan olahraganya walau sedikit horor saat melewati pohon besar dengan akar menjuntai-juntai. 

Pemindahan lokasi Pajak USU (PAJUS) ke luar area kampus memberi dampak positif. Area kampus lebih teratur, bersih dan steril dari masyarakat luar yang tidak berkepentingan. Penutupan akses jalan potong juga demikian memberikan rasa aman dari pencurian motor yang sebelumnya marak terjadi. 

Ya, pintu doraemon. Begitu mahasiswa menyebutnya. Sebuah akses jalan kecil letaknya di sisi kiri belakang kampus USU. Jalan ini menghubungkan area kampus dengan perumahan di sebelahnya yang kebanyakan kos-kosan. Dulu, jalan ini dipakai sebagai jalan pintas orang orang untuk bisa masuk kampus. Pejalan kaki, sepeda, motor bahkan becak motor bisa  masuk melalui jalan ini. Kecuali roda 4. Macet udah pasti. Sekarang semua akses jalan pintas sudah diportal dengan alasan keamanan. Pejalan kaki sih masih bisa lewat di pinggir-pinggirnya. 

Dimasa pandemi begini, seluruh pintu utama (ada 4 pintu utama) depan kampus ditutup dan dijaga ketat. Akses masuk dan keluar hanya diperbolehkan melaui pintu 1. Kalo mau main badminton, dari rumah kami bawa motor dan harus lewat pintu utama 1. Tapi kalo dari rumah jalan kaki, kami selalu lewat dari pintu doraemon ini. 

Setiap jalan kaki kesana, ntah pagi atau sore, rute jalan kami selalu berbeda. Dengan begitu jadi tau seluk beluk kampus. Tapi utamanya ya cari trek yang sejuk dan teduh oleh pohon-pohon juga jauh dari lalu lalang kendaraan dan pesepeda. Sambil jalan, sambil memungut buah asem yang berjatuhan. Kadang ketemu pohon jambu biji merah yang berbuah lebat ya kami ambil juga yang udah matang, hahaa. 

Satu tempat yang wajib kami lewati sekaligus tempat istirahat adalah perpustakaan. Dimusim hujan begini, danau kecil yang ada di depannya dipenuhi air dan bunga teratai tumbuh dan mekar dengan liarnya. Mengingatkan saya pada sebuah danau kecil di tengah kota Jakarta. Cantik sekali…

baca juga: Situlembang, Taman Hijau di Tengah Kota Jakarta

Jalan kaki adalah satu aktivitas baru yang kami gemari terutama masa pandemi. Benar kata pepatah. Banyak berjalan banyak dilihat banyak didapat. jadi tau jenis-jenis tanaman berikut nama latinnya. Malah ada berapa yang sampe hapal. Semakin menyadari bahwa udara segar itu langka dan bener-bener dihargai keberadaannya. Jadi ngga tega lagi mau buang sampah sembarangan, ngga tega lagi make wadah plastik berlebihan. Kemudian Tanpa sadar saya jadi sering ber-shalawat. Loh, apa hubungannya? Iya jadi kalo jalannya masuk dalam komplek dan liat aneka rumah dan mobil mewah jadi spontan bershalawat, hahaa. Ada-ada saja. Dengan terbiasa berjalan, badan ngga lagi manja seperti sebelumnya, lebih enteng dan nafas juga terasa lebih panjang. Meski kadang masih suka mager.

baca juga: Jalan Pagi ke Gedung Sate

Ngopi Pagi

Ngopi dan nongkrong di kedai kopi sebenernya bukan kegemaran saya. Tapi pagi itu sedikit berbeda karna kami singgah disalah satu tempat ngopi selepas aktifitas jalan pagi sabtu itu. Ngopi, pagi pagi pula. Saya seperti buang tabiat kalo kata adikku. Melihat fasad warkop yang lucu dan unik serta demi mengistirahatkan dengkul yang sudah hampir 7 kilometer berjalan, kami balik arah setelah ada debat-debat kecil sebentar. Debat apakah singgah ke warung kopi itu atau melanjutkan jalan menuju rumah. 

Jujur saja, persinggahan kami itu tujuan utamanya bukanlah ngopi. Tapi demi menengok rupa-rupa yang ada di dalamnya. Kedai ini hanya menyediakan minuman. Aneka kopi dan aneka non kopi. Itu sebab saya lebih nyaman menyebutnya kedai kopi ketimbang kafe. Meskipun penampilannya “ngafe” abis. 

Pagi itu hanya ada 2 sepeda terparkir di halamannya. Begitu pintu sliding kubuka, udara dari mesin pendingin ruangan seketika menyejukkan jiwa raga yang terlanjur berkeringat. Kakak pramusaji menyapa hangat kedatangan kami dengan menawarkan aneka minuman. Tanpa sengaja saya menatap seorang pengunjung yang rupanya sangat familiar diblog. Ya… itu kak Noni dan Tika! Pemilik sepeda yang terparkir itu ternyata mereka.

Spontan saya teriak tanpa sengaja mengagetkan pemilik namanya. Ia yang lagi makan terheran-heran siapa gerangan manggil namanya dengan ekspresi kegirangan, hahaaa. Maklum selama ini cuma berbalas komen di blog tanpa pernah bersua. 

Kedai kopi ini sudah kami lewati saat berangkat menuju USU. Disitu sebenernya kami sudah jatuh cinta dan penasaran dengan isinya. Pulangnya sudah sempat kami lewati beberapa meter sampe akhirnya kami balik kanan dan singgah disini. Coba kalo ngga balik kanan, ga ketemu sama sipemilik blog nonikhairani. Foto bareng pun tak dapat dielakkan, hahaa 

Saya suka dengan konsep kedai ini. Area yang tak terlalu luas dan terkesan privat. Dindingnya dibiarkan asli pakai warna semen plasteran. Dari depan bentuknya mirip rumah hobit tanpa rumput dan lumut dengan halaman dipenuhi batu-batu kerikil kecil. Dalamnya cukup cozy dengan area bagian depan indor berpendingin ruangan. Diputar pula lagu yang sedikit ngebit. Tapi saya membayangkan sepertinya akan lebih asik kalo diputar lagu “home” nya Michael Bubble, hahaa. Lebih asik lagi karna ruangan ini pastinya bebas asap rokok. Kalau mau yang otdor bole pilih area samping atau belakang. Karna baru sekali kesana, saya jadi  belum tau seperti apa suasana saat malam. Tapi rasanya akan lebih cantik dengan beberapa lampu di dinding yang menyorot ke area taman yang dipenuhi tanaman merambat. Mungkin disuatu malam kami kesana lagi. Jarak dari rumah juga ngga terlalu jauh. Tentu saja setelah masa PPKM berakhir. 

Kedai ini bernama Waitinglist Coffee. Meski ngga minum kopi, masih ada segelas coklat hangat menemani.

20 thoughts on “Pilihan lokasi Jalan Pagi

  1. Baca cerita ini berasa lagi baca novel, Mbak.. latar tempatnya novel banget. Sukaaaa ❤

    Btw konsep kedai koinya juga kece parah.. sederhana tapi tetep terlihat wah.

    Like

  2. kereeennnn….
    Jadi teringat kampus Undip dan UGM, sejuk …. asyik untuk jalan jalan

    walau bulaksumur agak “penuh” dibanding kampus Undip
    Kapan ya saya ke USU, pingin banget bertraveling ke Sumatera ^^

    Like

  3. Mengasyikkan kalau bisa selalu jogging pagi. Kalau ingat ini saya jadi pengen balik tinggal di rumah lama yang dekat alun-alun dan pantai Kartini. Bebas jogging tanpa kesal dipepet tetangga untuk diajak bonceng. Hahahaha
    Maklum saya di desa dan tetangga merasa aneh kalau ada yang jalan kaki atau jogging.

    Like

  4. tempat memang bisa jadi penyemangat kita untuk olahraga yaa, apalagi bila tempatnya hijau dan asri, udara yang didapatkanpun segar yang otomatis bikin hati kita tenang

    Like

  5. Kayaknya kampus negeri adalah tempat favorito untuk berolahraga ya mba… krn mungkin lahannya yang luas dan asri ya mba

    Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.